Kamis, 22 September 2011

Disaat semuanya menjadi Permen Karet



               
                Semua orang pasti udah pernah ngerasain kenyalnya permen karet. Udah tau harganya sebanding dengan permen plastik yang dijual di kantin cece. Namun gimana kalo lo ngerasain gimana jadinya permen karet? Lo nganggep lo bakalan kaya dikunyah kunyah sama orang yang ga lo bayangin sebelumnya atau lo bakalan dibuang kalo lo dirasain bakal ga berguna lagi buat orang yang telah ngerasain nikmatnya permen karet itu.
                Gue pernah ngeliat orang yang beli permen karet di kantin cece, tiba-tiba setelah 2 hari permen itu dibuang seketika di kotak sampah yang berbeda tempat (oke, gak penting). Tapi gimana kalo permen karet itu dibuang di sembarang tempat kaya di lantai, atau pun di bawah kolong meja atau dimasukin ke kertas yang dirobek dari buku lalu diselipin ke bawah meja?.

Kalo orang yang nemuin nya ga sengaja gimana? terkejut? Jijik? Lalu kalo spot jantung? Kalo tiba tiba mati seketika gimana? . seperti guru gue bilang, “Ibu ga suka kalo ada orang yang ngunyah permen karet, ibu jijik se jijik jijiknya jijik banget sangat jijik jijik nya jijik yang sesuatu nya jijik”. Sampai ada temen yang kepergok basah kuyup sama Ibu Nining, yup guru bahasa gue. jadi mereka disuruh pergi ke lapangan lalu hormat kepada sangkala merah putih, lalu malu, dan jatuh pingsan
Dramatis.
                Oke, kita hilangkan dari semua yang berbau permen karet, dan sekarang kita ngebahas tentang analogi kita sebagai manusia dengan permen karet. Inget! Bukan permen karet yang kita bahas oke? Kita Cuma ngebahas tentang analogi nya aja. Emang lo tau analogi? Itu anaknya paklogi *eh. Yang gue tau analogi itu artinya seperti, ataupun diibaratkan dengan hal hal yang berhubungan erat tentang manusia.
                Permen karet, yup coba lo bayangkan dari awal. Lo di produk dengan baik, dengan sempurna, ditambah bahan pengawet yang seimbang, lo ditakar karna lo tau seberapa penting lo jadi permen karet. Begitu juga kita ketika sudah di produk, atau barang awal. Kita diproduk dengan awal yang baik (ortu), kita ditambah pencerahan kita ketika masih di dalam kandungan dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an agar orang tua menginginkan kita agama dan kehidupan nantinya akan seimbang. Dan juga kita ditakar untuk mengetahui jodoh, rezeki, dan mati . supaya kita tau seberapa penting kita setelah dilahirkan.
                Ketika permen itu dibeli, tepatnya dibeli di kantin cece. Permen itu tentunya dipilih mana yang bagus, mana yang masih dikemas rapi. Jika permen karet tersebut telah melapuk, ataupun dihinggap rayap hingga dijilatin kucing tentu lo ga bakal pernah membelinya kan. Sebaliknya kalo laki-laki memilih seorang wanita pasti dalam keadaan yang bagus baik fikiran maupun fisik. Seorang laki-laki juga akan memilih wanita yang masih dikemas rapi karena ia tak ingin wanita yang telah ‘lecek’ ataupun bekas jari-jari orang lain. Begitu juga wanita harusnya menjaga pribadi kita, kepribadian kita sebagai wanita yang solehah.
                Sreet.. ketika permen itu dibuka, dan dimasukin ke mulut orang membelinya. Tentunya pembeli tersebut merasa bahagia karna mendapatkan apa yang ia inginkan. Dan bisa merasakan apa yang telah ia beli. Begitu juga wanita yang telah dinikahi seorang laki-laki. Laki laki tersebut akan merasa bahagia karna telah menjadi bagian hidup seorang wanita yang diinginkannya. Nangis *benerin ileran ingus*.
                Setelah permen karet tersebut habis rasa manisnya, permen itupun dibuang T.T . gue bukan menganalogikan ketika manusia itu telah menikah dan dibuang. Tapi ketika manusia akan merasakan bagaimana merasa lanjut usia. Mungkin, yah mungkin sebagian dari orang tua kita merasakan inginnya diperhatikan oleh anak-anaknya. Namun anak-anaknya ini sibuk dengan urusan masing-masing. Dan ketika habis masanya kita tinggalkan begitu saja? Semoga tidak ! -__-
                Yah begitulah analogi gue terhadap permen karet. Gue bukan seorang plagiat, gue hanya sedang merasa tertekan ketika permen karet itu dibuang yah kasihan sangat sangat kasihan. Bukannya di tempatkan disebenarnya tempat yang ia inginkan namun di sembarang tempat yang dapat merugikan banyak pihak. Misalnya saja ditaruh di atas kursi dan seseorang mendudukinya hingga orang tersebut menempel bagaikan amplop dan perangko. Kasihan kan permen karetnya?
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar