Embun pagi,
tetesan air hujan menanti
Angin menusuk,
udara terhirup dinginnya pagi
Aku mencoba
membuka selipan rantai pintu yg terkunci
Eloknya pagi sinar
tutup mentari
Hujan pun
bergemicik, air berisik membasahi atap atap rindu
Ingatkan aku
kembali akan sosokmu yang dulu
Diam di riang canda tawa pagi
Indahnya pagi tak
seindah pagi pagi yg terlalui
Kini aku teringat
padamu yang dulu
Yah, dulu..
Orang orang bilang
engkau tak sepandai burung merpati
Yang berhias
lembut pandai mengasihi
Tetapi kini aku
dapat berdiri, tegak karena disiplin
Orang orang bilang
relungan jiwamu bagaikan batu tak dapat pecah
Tetapi hingga kini
aku dapat terjaga dari tajamnya kerusakan dunia
Telah aku
dengarkan sejuta butiran nasihat
Tak dapat aku
dengar kembali, selipan kata dari mulutmu
Kini engkau telah
lelah, untuk bermain meluangkan sisa hidupmu
Terbaring lemah
letih dan tersenyum kepadaku
Wajah yang indah
elok sempurna, indah cinta tak dapat terukir
Batu yang tertulis
namamu menggoreskan luka hati ini
Mawar terindah
kini telah hilang ditelan hujan
Angan angan yg
dulu inginku capai, bagaikan menulis diatas air
Dibalik kata ayah,
terucap berjuta rindu terselip
Ayah terbaikku