Rabu, 21 November 2012

Ketika Rindu Berbisik



Embun pagi, tetesan air hujan menanti
Angin menusuk, udara terhirup dinginnya pagi
Aku mencoba membuka selipan rantai pintu yg terkunci
Eloknya pagi sinar tutup mentari
Hujan pun bergemicik, air berisik membasahi atap atap rindu
Ingatkan aku kembali akan sosokmu yang dulu
Diam di riang canda tawa pagi
Indahnya pagi tak seindah pagi pagi yg terlalui
Kini aku teringat padamu yang dulu
Yah, dulu..
Orang orang bilang engkau tak sepandai burung merpati
Yang berhias lembut pandai mengasihi
Tetapi kini aku dapat berdiri, tegak karena disiplin
Orang orang bilang relungan jiwamu bagaikan batu tak dapat pecah
Tetapi hingga kini aku dapat terjaga dari tajamnya kerusakan dunia
Telah aku dengarkan sejuta butiran nasihat
Tak dapat aku dengar kembali, selipan kata dari mulutmu
Kini engkau telah lelah, untuk bermain meluangkan sisa hidupmu
Terbaring lemah letih dan tersenyum kepadaku
Wajah yang indah elok sempurna, indah cinta tak dapat terukir
Batu yang tertulis namamu menggoreskan luka hati ini
Mawar terindah kini telah hilang ditelan hujan
Angan angan yg dulu inginku capai, bagaikan menulis diatas air
Dibalik kata ayah, terucap berjuta rindu terselip
Ayah terbaikku