Sabtu, 08 Januari 2011

Teruntukmu ANNISA...

Dari tulisan_tulisan keprihatinan akan dirimu..
Dan dari setiap goresan_goresan tintah resah ini..
Kan Q ciptakan satu surat kecemasan akan dirimu..
Pilu hati menangis meratapi sinar kilaumu terenggut dan kini redup..
Karena telah tenggelam dalam puing_puing fitnah dunia hina...

Kan Q kisahkan..
Teruntukmu...
Intan_intan terindah yg kian meredup..
Hati ini riuh takkala adab &akhlakmu tercuri..
Hati ini riuh takkala jalan & kemudi syahwatmu berlalu arah..
Hati ini riuh takkala tabir & hijabmu tak lagi batasi tubuh auratmu,..
Hati ini riuh takkala langkah & suara tangis mu tak lagi terdengar dlam doa malam harimu..
Hati ini riuh ANNISA ku...

Teruntukmu...
Intan_intan terindah yg kian meredup..
Ratap ini resah takkala tangan_tanganmu tersentuh zina yg bukan muhrimmu..
Ratap ini gundah takkala ucapan cintamu begitu ringan tertitah bukan untukNya..
Ratap ini goyah takkala kau bangga pinang ikatan cinta untuk cintai selain dirinya..
Ratap ini rapuh takkala gelap malammu tak lagi hidup diatas sajadah..
Tahukah??
Ratap ini resah ANNISA ku...

Teruntukmu..
Intan_intan terindah yg kian meredup..
Tak ada lagi indah takkala rambut_rambutmu berkibar tanpa salah..
Tak ada lagi indah takkala tubuh_tubuhmu tak terselimuti tanpa dosa..
Tak ada lagi indah takkala fitrahmu sbgai wanita tlah punah tertelan fitnah dunia..
Tak ada lagi indah takkala jilbab_jilbabmu begitu minim menutupi keanggunanmu..
Tak ada lagi indah ANNISA ku..

Dimana??
Dimana lagi kami mencri sinar terangmu kembali sinari fitrah ini..
Adakah yg serba baik padamu kembali..
Ada tapi begitu langkah??

Teruntukmu..
Intan_intan terindah yg kian meredup..
Kami takut takkala kami tak dapati lagi pendamping yg terbaik yg nantinya menemani..
Kami takut takkala kami harus slalu bertanya_tanya kan kevirginan & islam pada dirimu..
Kami takut takkala cinta kami nantinya tak terpatri pada sosok wanita yg juga cinta mati pada cintaNya..
Kami takut ANNISA..

Teruntukmu...
Intan_intan terindah yg kian meredup..
Kami kesepian takkala kebanyakkan dirimu nantinya berhuni dipenjara neraka..
Kami kesepian takkala itu terjadi padamu, siapa yg temani kami dipenjara syurga nanti!??
Kami kesepian takkala dijalan_jalan tak kami lihat lagi jilbab_jilbab panjang yg anggun nun menawan..
Dan kami kesepian takkala kami hanya berjuang sendirian memperjuangkan jalan cintaNya tanpa dirimu temani..
Kami kesepian ANNISA...

Teruntukmu..
Intan_intan terindah yg kian meredup..
Kami malu takkala dirimu beranikan diri untuk berpacaran..
Kami malu takkala dihadapan kami dgn ringan dirimu begandeng tangan..
Kami malu takkala dirimu begitu nyaman bisa berpelukkan..
Kami malu ANNISA..

Ini adalah tanya_tanya yg tak tau kapan dirimu kan akhirkan?
Apakah dirimu pernah merasa riuh dgn smua tindakkan itu?
Apakah dirimu pernah takut akan dosa & salah akan dipertanggungjawabkan dihadapanNya itu?
Apakah dirimu merasa malu yg dirimu perbuat didepan mata_mataNya itu?
Apakah dirimu resah takkala khilafmu termaafkan olehNya!?

Kini sinar intan mu yg kami nanti?
Dapat sinari hatimu..
Hingga dirimu yg takut..
Yang tahu malu..
Yang slalu resah..
Yang slalu menjaga..
Kembali di ratap kami yg inginkan indah..
Indahnya dirimu Intanku..
Teruntuk ANNISA yg indah di jiwa...

ROPOSAL TA'ARUF HIDUPKU (Kimoet)

Erwin terlihat begitu sedih. Tentu bukan tanpa sebab ia menjadi sedih seperti itu. Sahabat dekatnya, Sandi, heran melihat tingkah Erwin yang tiba-tiba berubah drastis belakangan ini.



“Kenapa kamu sedih? karena cintakah?” tanya Sandi coba mencari tahu.



“Ya, San. Aku telah berpisah dengan Devina. Aku berharap dialah wanita terakhir dalam hidupku. Tapi semuanya kandas, kami berpisah. Padahal aku sangat mencintai dia dan berencana akan menikahi dia,” jelas Erwin menjawab pertanyaan Sandi.



“Hahaha…kamu kena penyakit TBC ya?” ungkap Sandi mengajak Erwin bercanda.



“Maksud kamu TBC apa?” Erwin penasaran.



“Ya, TBC, penyakit TBC,” komen Sandi.



“Nggak kok, aku nggak sakit, apalagi sakit TBC, alhamdulillah aku nggak sakit itu. Aku cuma lagi sedih aja, ya kamu tahu sendiri kan gimana rasanya patah hati,” Erwin menanggapi ucapan Sandi.



“Ya, iya itu namanya kamu kena penyakit TBC, Tekanan Batin karena Cinta, hahaha….” Sambung Sandi bercanda.



“Ah sial.. kamu malah tertawa, ngeledek lagi, senang kamu ya lihat temanmu sedih begini. Nggak tahu aku lagi stress ya?” sergah Erwin jengkel sambil memalingkan muka dari wajah Sandi.



“Makanya kalau berani jatuh cinta ya harus berani patah hati, jangan cuma mau jatuh cinta tapi nggak mau patah hati. Itu sebabnya, kalau kamu jatuh cinta, coba pastikanlah bahwa kamu jatuh cinta kepada orang yang akan tetap mencintai kamu, dan yang akan selalu tetap kamu cintai. Bukan cinta yang berujung derita seperti yang kamu rasakan sekarang. Nah kalau begini, sakit kan jadinya? Sudahlah… sekarang nggak usah kamu bersedih lagi, seiring berjalannya waktu, semua sedihmu akan hilang, hanya waktu yang akan menjawab semuanya,” ujar Sandi menghibur Erwin.



“Tapi bagaimana caranya San aku menghilangkan sedihku ini? Aku merasa sangat kehilangan dia,” Erwin bertanya dengan raut muka memelas.



“Jemput cinta dan jodohmu dengan taqwa. Ketahuilah Win, bahwa cinta yang hakiki sejatinya diwujudkan dalam sebuah tali pernikahan, bukan hubungan lawan jenis yang tidak halal seperti yang kamu lakukan selama ini, karena itu semua hanya akan menimbulkan dosa atau keburukan semata daripada mendatangkan kebaikan atau pahala. Berdoalah kepada Allah agar Dia mencabut semua sedih di hatimu ini, mungkin dengan kamu berdoa padaNya akan ada setitik keajaiban yang akan Allah beri untuk kamu,” jawab Sandi kembali.



“Jemput cinta dan jodoh dengan taqwa? Maksud kamu?” kembali Erwin tidak mengerti dengan penjelasan Sandi.



“Ya, bertaqwalah pada Allah, datang dan mendekat padaNya, insya Allah, jodohmu pasti akan dihadirkan olehNya. Kalau kamu baik, insya Allah jodohmu pasti juga akan baik. Kalau kamu buruk, jodohmu mungkin akan buruk juga,” Sandi coba menjelaskan Erwin kembali.



“Entahlah…Aku trauma San, hampir setiap kali aku menjalin hubungan dengan wanita, hampir setiap kali itu pula aku gagal. Semua hanya manis di awal tapi selalu pahit di akhir. Aku merasa bahwa cinta datang begitu cepat dan pergi pun juga begitu cepatnya,” terang Erwin berkeluh kesah pada Sandi.



“Win, hidup adalah sebuah cerita. Semuanya akan datang dan pergi sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan oleh Allah. Apapun yang terjadi pada hidup kita, anggaplah itu sebagai sebuah perjalanan hidup yang akan menjadi hikmah. Semua memang harus terjadi dan disyukuri, karena semua adalah kehendak Allah. Sakit memang yang kamu rasakan sekarang, tapi semoga akan menjadi indah di kemudian hari.



Lihatlah di alam sana, kadang Allah hilangkan matahari sejenak lalu menggantinya dengan gemuruh dan petir, di saat kita menangis mencarinya, ternyata Allah hendak menghadiahkan pelangi,” tutur Sandi menenangkan batin Erwin.



“Ya betul San, betul banget…” Erwin membenarkan ucapan Sandi.



“Sudah sekarang kamu tenang, ambil air wudhu sana! Sholat, baca Al-Qur’an dan berdoalah agar hatimu tenang. Karena sesungguhnya sholat dan bacaan Al-Qur’an sanggup menenangkan hati-hati yang gelisah dan terluka seperti hatimu saat ini,” perintah Sandi kepada Erwin.



Erwin pun melangkah mengikuti perintah Sandi, sahabatnya. Diambilnya air wudhu, sholat, berdoa dan dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an. Tak terasa kantuk di matanya mulai menyerang hingga tanpa disadarinya ia pun tertidur dalam suci air wudhu yang masih menempel di tubuhnya.